KATA PENGANTAR
Puji syukur bagi ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada kami, sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan Salam kepada Junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari kegelapan kealam yang penuh dengan
ilmu pengetahuan dengan ridho ALLAH SWT.
Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, banyak terdapat kekurangan baik
dari segi tata bahasa maupun dari penulisannya. Namun tanpa bantuan, bimbingan,
dan dorongan dari berbagai pihak, semua ini tidak akan terwujud. Segala saran
dan kritik yang sifat membangun akan sangat dihargai.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Makassar, Oktober 2013
Penulis
Kelompok XI
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
MAKALAH
SEJARAH PERADABAN ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pembuatan makalah ini dilatar
belakangi kesadaran kami tentang apa itu perang salib dan penyebabnya serta
proses terjadinya yang mungkin belum banyak diketahui oleh era globalisasi ini
dan kami ingin memberi pengetahuan dan menjelaskan kepada pembaca tentang apa
itu perang salib serta penjabarannya.
B. Rumusan Masalah
Makalah ini membahas dan mengupas
tentang sejarah peradaban islam yakni “perang salib” yang terjadi pada zaman
sebelum islam dikenal sebagai agama yang berkembang seperti saat
ini. Adapun rumusan masalah pada makalah ini ialah:
1. Apa
itu perang salib?
2. Apa
penyebab perang salib?
3. Berapa
periode perang salib serta penjelasannya?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah
ini ialah:
1. Untuk
memberi motivasi kepada pembaca, supaya mengetahui apa pengertian perang salib
2. Untuk
memberi informasi kepada pembaca tentang penyebab terjadinya perang salib
3. Untuk
memberi penjelasan tentang pengaruh dan periode perang salib
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Perang salib ialah peristiwa perang
yang melibatkan antara umat kristiani eropa (inggris, prancis, jerman dan
byzantium) dengan umat islam. Dari pihak islam yang terlibat langsung antara lain
Amirat Qaniyah, Amirat Zunkia dan Amirat Ayyubiyat (Palestina). Perang ini
terjadi karena sejumlah kota dan tempat suci Kristen diduduki islam sejak 632,
seperti di Suriah, Asia Kecil, Spanyol, dan Sicilia. Militer Kristen
menggunakan salib sebagai simbol yang menunjukkan bahwa perang ini suci dan
bertujuan membebaskan kota suci Baitul maqdis (Yerusalem) dari orang islam. 632
M yang merupakan pihak[1]
Menurut Phillip K. Hitti, perang
salib adalah reaksi dunia kristen di Eropa terhadap dunia Islam di Asia, sejak
tahun 632 M yang merupakan pihak penyerang di Syiria dan Asia kecil, tetapi
juga di Spanyol dan Sicilia. Dilihat dari sudut lain, maka faktor-faktor yang
turut menimbulkan perang Salib ialah keinginan mengembara dan bakat kemiliteran
bangsa Teutonia yang mengubah peta Eropa sejak mereka memasuki lembaran
sejarah.
Perang Salib berlangsung 200 tahun
lamanya, dari mulai 1095-1293 M, dengan 8 kali penyerbuan. Perang tersebut
bertujuan untuk merebut kota suci Palestina, tempat “tapak Tuhan berpijak”’
dari tangan kaum muslimin. Peperangan ini memakan korban baik jiwa maupun harta
dan kebudayaan yang tidak sedikit jumlahnya. Perang tersebut juga merupakan
peristiwa yang sangat menyedihkan di pantai timur Laut Tengah, yang merusak
hubungan antara dunia Timur dan dunia Barat.
Peristiwa perang salib terjadi pada
masa daulah Bani Abbasiyah IV dalam kekuasaan Turki Bani Saljuk.
B. Penyebab terjadinya perang salib
Perang salib terjadi melalui
beberapa alasan yakni;
1.
Adanya appeal kaisah Michael VII
kepada Paus Greogy VII di Roma untuk memerangi Umat Islam. Sebabnya adalah
Byzantium kalah perang melawan umat islam di Mazikert (1071) Sultan Alp Arsalan
(turki bani saljuk) memasuki wilayah asia kecil dan menguasi seluruhnya.
2.
Kerja sama antara kaisar Alexus
(1081-1118) dan Paus Urbanus II (1088-1099) untuk menjalankan perang salib
melawan umat islam
3.
Meluasnya anggapan dari kalangan
Nasrani Eropa akan lenyapnya keleluasaan melakukan ziarah ke Baitul
Maqdis dan makam Isa as di Yerussalam. Hal ini
dikarenakan ketatnya pengawasan dari turki bani saljuk. Untuk
membebaskan yerussalem dari pengusaan bani salju dan penguasa turki bani saljuk ini perlu dilakukan perang suci. Semangat perang
salib melawan umat islam ini merata setelah Paus Urbanus II mengucapkan
pidatonya pada tanggal 26 November 1095 di Clermont (Prancis
Selatan).
C. Periodeisasi perang salib
Periode pertama
(1097-1099)
Dalam perang salib yang pertama ini,
pasukan Nasrani eropa memperoleh banyak kemenangan dan keuntungan, yaitu :
Pertama, terbentuknya 4 buah
kerajaan eropa Nasrani si Syam ;
1. Godfrey
lalu digantikan saudaranya, Boudwijn sebagai raja Baitul Maqdis
2. Boudwijn
sebagai raja di desas
3. Roymod
sebagai penguasa di Tripoli
Kedua kerajaan Byzantium telah
memperoleh wilayahnya kembali di Asia kecil. sebagian besar wilayah asia kecil
yang berada dalam tangan pasukan salib dikembalikan pada Byzantium.
Ketiga, kokohnya persatuan antara
paus dan kaisar, antara para raja dengan pangeran-pangeran di Eropa Balm
menghadapi umat islam.
Keempat,bahasa Prancis menjadi
bahasa kerajaan salib karena orang-orang Prancis lebih besar jumlahnya dalam
angkatan perang salib ini.
Periode kedua
(1147-1149)
Ditengah-tengah kemunduran umat
Islam dan kemenangan pasukan salib itu lahirlah seorang pemimpin Islam yang
bekerja keras dalam melawan pasukan salib, yaitu Imanuddin Zanki, penguasa di Mousul dan Irak pada tahun 1127.
Imanuddin dapat berkuasa di Aleppo dan berapa kota lainnya di Syam, dan Edessa
dapat di rebut dari pasukan salib pada tahun 1144.
Angkatan perang salib II dipimpin oleh
raja Louis VII (1137-1180 M) dari
Prancis dan raja Conrad III dari Jerman. Imanuddin wafat pada tahun 1146 dan
meninggalkan dua orang putra Nurdin dan Saifudin yang melanjutkan perjuangan
ayahnya.
Pertempuran antara pasukan islam
melawan tentara salib terjadi di Almuzzah dan, pasukan salib dapat dikalahkan
oleh pasukan Nurdin dan Saifudin anak dari Imanuddin Zankiah. Jadi dalam perang
salib II ini berada dipihak kaum muslimin. Hasil dari
perang ini ialah persatuan umat islam semakin kokoh, prestise dan gengsi umat islam naik dimata Nasrani
Eropa, dan kehadiran penziarah Eropa ke Baitul Magdis mengecil.
Periode ketiga
(1189-1192)
a. Pertempuran
Ali mesir
Setelah berhasil mengusir tentara
salib dari Damaskus, Nurdin kini menghadapi soal Mesir yang diperintah oleh
khalifah Al Adhid dari daulah Fatimiyah, dibawah pengaruh tentara salib. Kedua
wazir Al Adhid yaitu Syawir dan Dargam saling berselisih. Untuk memenangkan
persaingan dan perselisihan itu Syawir memperoleh bantuan dari Nurdin, dengan
mengecam pasukannya yang kuat dibawah panglima Assasuddin Syarkuh. Sementara
itu Dargam memperoleh bantuan dari raja salibiyah di Baitul Maqdis, Almaric (1163-1174). Dalam
pertempuran itu Dargam terbunuh dan Mesir berada di pihak Syawir.
Namun Syarkuh berkhianat atas
perintah Nurdin Syarkuh untuk kedua kalinya datang ke Mesir utuk memerangi kaum
Salibiah disana (1167). pertempuran terjadi di Babaini (pantai barat sungai
Nil) dan tentara salib kalah. Syarkuh untuk ketiga kalinya diutus oleh Nurdin
untuk menyelesaikan misinya. dalam misinya yang ketiga ini syarkuh sukses dengan
gemilang. Syawir yang bersifat munafik dan pengecut itu mati terbunuh. Syarkuh
menjadi wazir dan meninggal setelah memimpin mesir selama dua bulan. Setelah itu kedudukannya digantikan oleh Shalahudin.
b. Shalahuddin
Pada awal pemerintahan Shalahuddin
Al Adhid wafat dan dua tahun kemudian Nurdin mangkat pula. Pewaris Nurdin saling berebut pusaka kekuasaan. Maka Shalahuddin menyatakan diri sebagai penguasa Mesir dengan gelar
"Shultan AI Malik An Nashiar Shalahuddin AI Ayyubi”, atas restu khalifah abbasiyah. Pada tahun 1181 Shalahuddin sampai di Allepo dan Mousul. Kedua kota itu dapat dikuasai setelah wafatnya Malikus Sholeh bin Nurdin.
Pertempuran antara kaum muslimin dengan tentara salib setelah perang salib
kedua hanyalah pertempuran kecil dan berakhir dengan perdamaian antara kedua belah pihak, tetapi
perdamaian itu dilanggar oleh pihak salibiyah.
Oleh sebab itu pada bulan Juli 1187
M Shalahuddin melancarkan perang dengan hebatnya Hittin. Dalam
peperangan ini 10.000 pasukan salib tewas dan berturut-turut beberapa kota
jatuh ketangan Shalahuddin: Yafa, Birut, dan Pada bulan oktober 118 M Baitul
Maqdis kembali ke pangkuan kaum muslimin.
c. Perang
salib III
Kekalahan kaum salibiyah di Hittin
dan jatuhnya Baitul Maqdis ke tangan kaum muslimin membangkitkan semangat Para
raja dan bangsawan eropa untuk menyusun
kekuatan besar yang tersusun rapi dan berencana, lengkap dengan segala persiapannya.
Pimpinan mereka adalah :
1. Frederick
Barbosa, raja Jerman
2. Philip
Augustus, raja Prancis
3. Rhicard
The Lion Heart, raja Inggris.
Pada November 1192 terjadilah perjanjian
perdamaian yang isinya :
1. Baitul
Maqdis tetap di tangan kaum muslimin tetapi umat Nasrani diberikan kebebasan
menziarahinya.
2. Pantai
Syam Bari Qur (Shur) sampai Yaffa berada dalam kekuasaan Salibiyah.
3. Pertentangan
agama harus dilenyapkan dan tanda-tanda salib yang dirampas harus dikembalikan.
4. Pasukan
Islam yang ditawan harus dibebaskan dengan membayar
200.000 uang mas sebagai tebusan.
Setelah itu Rhicard kembali ke
negerinya dan beberapa bulan kemudian Shalahuddin wafat (19 Februari 1193 ).
Periode keempat
(1204-1206 M)
Angkatan perang salib IV terdiri
dari anak-anak muda Prancis dan Jerman. Mereka
mempunyai semangat untuk membebaskan Baitul Maqdis. Atas bujukan Paus anak-anak di Jerman mengurungkan niatnya sedangkan yang
di Prancis terus saja ke pelabuhan Marseille. Anak-anak Prancis ini menaiki
kapal yang disiapkan oleh Para pedagang budak. Kapal ini tidak menuju Baitul Maqdis, tetapi ke negeri yang jauh dan kemudian dijual sebagai budak dagangan.
Diantara mereka ada yang dijadikan anak angkat orang islam, lalu di Islamkan.
Periode kelima
(1214-1221 M)
Setelah Shalahuddin wafat wilayah
kerajaannya terbagi atas tiga wilayah dan Mesir sebagai pusat pemerintahannya.
Tentara salib memiliki beberapa hasrat untuk menyerang Mesir dengan alasan :
1. Mesir
lebih strategis secara politis daripada
Baitul Maqdis.
2. Kerajaan
bani Ayyub setelah wafatnya Shalahuddin menjadi lemah dan berpecah belah.
Untuk itu disusunlah angkatan perang
salib V dibawah pimpinan Jean De Brunne. ditengah-tengah berkecamuknya
peperangan tentara islam menjebol salah satu tanggul sungai Nil sehingga
membanjir dan menggenangi tentara salib. tentara salib merasa ketakutan dan
meminta damai kepada pasukan Islam. setelah itu pulanglah mereka ke negerinya.
Periode ke enam (1228-1229
M)
Frederick II sebagai raja Jermania
dan raja Italia lama berjanji kepada paus Innocent III untuk melakukan perang
salib, namun tidak direstui oleh paus. ia tetap melaksanakan niatnya dan pada
tahun 1228 berangkat bersama 500 pasukan dan ia sendiri memakai gelar raja
Baitul Maqdis.
Sebagai politikus ia tidak memulai
dengan peperangan melainkan dengan perjanjian. yang isinya :
1. Selama
10 tahun, Baitul Maqdis diserahkan kepada Frederick dan hak umat Islam disana
tetap diiindungi.
2. Frederick
bersedia membantu Al Kamil bila terjadi penyerangan dari luar maupun dari
dalam.
3. Frederick
tidak akan memberi bantuan kepada kaum Salibiyah di Syam.
Perjanjian itu disepakati dan ia
menjadi raja Baitul Maqdis. Namun sial ia dimusuhi rakyat Nasrani disana sehingga ia
meninggalkan Baitul Maqdis.
Baitul Maqdis tetap ditangan umat nasranai
selama 14 tahun. Pada masa Al
Malik as Shaleh Najmuddin Ayyub, Baitul Maqdis
kembali kepangkuan umat muslirn (1244M) selain itu al shaleh dapat menguasai
Damaskus dan Aqsallan.
Periode ketujuh
Louis IX seorang raja terkenal taat
beragama. Setelah mendengar Baitul Maqdis jatuh kembali
ketangan umat Islam, Louis menggerakkan orang-orang Prancis untuk membebaskan
kembali Baitul Maqdis dari umat islam.
Dibawah pimpinan Tauran syah,
Pertahanan pasukan Islam diperkuat sehingga dapat mendesak tentara salib.
Dimyat dikuasai kembali oleh pasukan islam, tentara salib tewas 30.000 orang
dan Louis IX menjadi tawanan perang. Louis IX Baru dibebaskan setelah ia
membayar uang tebusan yang amat mahal.
Periode kedelapan
(1270M)
Angkatan perang salib VIII ini
digerakkan oleh Louis X adik dari Louis IX. Latar belakangnya adalah rasa sakit
hati mendengar kakaknya tertawan musuh, sedangkan pasukan tewas porak-poranda.
Louis X berangkat ke Mesir melalui
Tunis, di Tunis ia ditimpa penyakit tha'un sampai meninggal. Maka hasrat untuk menebus
malu tidak berhasil. Sejak itu habislah harapan kaum Salibiyah menguasai Baitul
Maqdis.
Pada saat itu islam juga dihadapkan
masalah besar. Pengusiran umat islam dari Andalusia (Spanyol dan Portugis) dan
hancurnya kota Bhagdhad akibat serangan tentara Mongol.
D. Dampak dari
perang salib
Secara garis besar
dampak perang salib adalah Saling tukar menukar ilmu pengetahuan antara Kristen
dengan islam. Meski benua Eropa bersinggungan
dengan budaya Islam selama berabad-abad melalui hubungan antara semenanjung
Liberia dengan Sicilia.
Ide perang salib
memberikan amdil besar dalam kemerosotan tingkat kepercayaan umat kristiani
terhadap gereja katolik, yang diakibatkan pembenaran lembaga kepausan terhadap
agresi politik dan wilayah yang terjadi di yerusaiem maupun daerah Byzantium
(gereja eropa timur).
Pengalaman militer
perang salib juga memiliki pengaruh eropa misalnya, kastil-kastil di Eropa mulai menggunakan batu-batuan yang
tebal dan besar seperti dibuat ditimur.
Jalan-jalan yang sebelum perang salib sebagian besar tidak pernah digunakan sejak
masa pendudukan Romawi, terlihat
mengalami peningkatan disebabkan oleh para pedagang yang ingin mengembangkan
usahanya.
Islam cenderung menarik
diri dari dunia politik, puncaknya adalah ketika kekhalifahan Turki tumbang
dengan drastis di tahun 1924.
Adanya persekutuan yang
tidak lazim antara faksi melawan faksi lainnya seperti persekutuan antara
persekutuan antara kekuatan tentara salib dengan kesultanan Rum yang muslim
dalam perang salib kelima.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan ini dapat
disimpulkan bahwa perang salib bukanlah perang karena agama tetapi perang
perebutan kekuasaan daerah. Perang ini dinamakan perang salib karena angkatan
perang tentara Nasrani menggunakan tanda salib dan mendapat restu dari Paulus
di Roma. Angkatan perang ini terjadi sebanyak 8 kali.
Perang salib memakan waktu yang
sangat lama. Membawa pengaruh besar pada semaraknya lalu lintas perdagangan
asia dan eropa. Mereka banyak mengetahui hal-hal baru seperti adanya tanaman rempah-rempah
dan lain-lainnya.
B. Saran
Kami telah menyelesaikan makalah ini
dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, kami menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Maka, kami sangat
mengharapkan saran dari para pembaca yang bersifat membangun demi
kesempurnaan ke masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Yatim, Badri. 2005. Sejarah Peradaban Islam.
Rajawali Press
Amin, Samsul Munir. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah
Supriyadi, 2008. Sejarah Peradaban Islam. Pustaka Setia.
Bandung
Su’ud, Abu. 2003. Islamologi. Rineka Cipta. Jakarta